Minggu, 15 November 2015

Warisan budaya jawa yang mulai terlupakan

WARISAN BUDAYA JAWA YANG MULAI TERLUPAKAN
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta  di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.
Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. 
Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang.
Agama
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu , Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.
KESENIAN BUDAYA JAWA


Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.
Wayang Kulit
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk diIndonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
Seni Tari Jawa Tengah
Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan. Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Surakarta merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta.
SEIRING PERKEMBANGAN ZAMAN

Namun dengan seiring perkembangan zaman kesenian gamelan, wayang, tari-tarian tersebut semakin lama makin terlupakan. Kalah  dengan perkembangan teknologi modern. Generasi muda sekarang pun mulai enggan unttuk menyaksikannya. Sebuah kesenian warisan budaya yang oleh generasi muda sekarang di abaikan. Contoh kecil aja generasi muda sekarang mendengar tembang macapat saja di tertawakan bahkan tak banyak yang meremehkan lagu apa itu. Ada banyak tembang macapat ,antara lain MEGATRUH,POCUNG,GAMBUH, dan masih ada lagi yang setiap tembang isinya mengandung makna.Melalui tembang macapat, dapatlah digali arti, maksud dan makna filosofi yang mendalam dalam setiap tembang. Di samping itu isi dari tembang macapat mempunyai nilai religious yang tinggi, sehingga nilai moralitas yang terkandung di dalamnya mudah di pahami. Alat musik Gamelan yang dulu sangat popular sangat di sukai di kalangan masyarakat jawa kini juga mulai terlupakan. Tak banyak generasi muda sekarang yang bisa memainkannya, kebnyakan lebih suska ke alat music yang modern.
 Wayang dan Tari-tarian kini juga mulai terlupakan kini hanya bias di saksikan di acara –acara tertentu saja. Wayang sebagai sebuah tontonan dan pagelaran saat ini mulai sedikit demi sedikit di tinggalkan. Saat ini tugas para dalang agar wayang bisa di terima oleh segala lapisan masyarakat khusunya kepada generasi muda. Karena kepada seiapa lagi warisan kesenian ini di berikan jika bukan kepada generasi muda. Karena generasi muda lebih suka tontonan yang simple dan modern, tidak tertarik dengan tradisi yang terlalu kuno dan ketinggalan zaman. Padahal dulu adalah sebuah hiburan yang murah meriah dan menyenangkan. Seharusnya kita sebagai generasi muda tidak melupakan warisan-warisan budaya tersebut karena itu adalah warisan budaya yang paling berharga untuk Indonesia. Untuk generasi muda janganlah malu dengan budaya kita sendiri. Itulah satu-satunya warisan budaya yang kita miliki sekarang. Bangsa lain saja banyak yang menyukai, mencintai bahkan ingin mempelajarinya. Apakah kita tidak menyukai, cinta bahkan ingin belajar juga ?. Seharusnya kita bangga dengan budaya yang sudah terkenal di dunia. Seharusnya kita malu jika kita tidah tahu budaya kita sendiri. Masih banyak warisan budaya jawa yang  perlahan terlupakan seperti gamelan,wayang tari-tarian, ketoprak, dagelan, kuda lumping.
Marilah kita jaga budaya-budaya jawa kita, jangan sampai  hilang oleh perkembangan zaman. Wahai generasi muda jangan kita lupakan warisan kebudayaan kita  jangan malu, kita lestarikan bersama. Cintailah budaya Indonesia karna jati diri sebuah bangsa dapat di lihat dari seni dan budayanya. Tetaplah ingat “Kebudayan kudu tetep dadi gaman”. Jangan sampai kita “Wong jowo ilang jawane lali marang budi pekertine”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar